Menulis adalah Kebutuhan

Berbicara mengenai menulis dan tulisan..

Terkadang membuatku malu, tak tahu harus berkata apa.
Apalagi ngeblog begini, sejujurnya tak punya modal khusus, selain NEKAD. Ya.. asal tulis aja apa yang ada di pikiran, mengungkapkan apa yang dirasakan. Namanya ngeblog kan ga ada standar macem-macem. Ga ada yang nyensor juga. Jadi ga ada kamus ga dimuat, kecuali emang ga ada keinginan buat menulis alias lagi kena penyakit malas. Disitulah indahnya ngeblog.. Tulisanku ga berbentuk pun bisa tetap eksis di dunia maya. Yang penting berani malu dech. Siapa tau ada yang suka dengan tulisan ancur ini. Nyasar ke sini.. eh nyesel ga balik lagi. he he he. Gapapa setidaknya sudah menyumbang satu klik. Hitung -hitung bisa nambah blog statistik. Lumayan kan, walau the guest ga mampir ke sini lagi..

Disadari ato engga, ternyata merangkai huruf A – Z itu butuh seni ya. Dan Entah bagaimana karya seni yang sudah nekad kuhasilkan di blog ini.

Di awal membuat blog ini sih inginnya menulis yang oke, keren, bagus. Wah bayangannya siy yang muluk -muluk gitu. Paling tidak bisa nulis artikel, “sukur-sukur” bisa yang sedikit ilmiah.

Jiaaah, kenyataannya masih jauh dari apa yang ku idealkan. Maluu..?? sebenarnya iya. Tapi sudah bermuka badak. Jadi tak tahu malu lagi. Maju terusss dech. Apapun hasil tulisanku.

Boro – boro memikirkan kebutuhan pembaca, apa yang kira-kira menarik dan bermanfaat bagi orang lain. Lha bisa menulis saja sudah banyak bersyukur. Apalagi kalau ada yang memberi komentar, seneng banget dech.

Bagiku, menulis adalah pilihan. Daripada ga eksis sama sekali di dunia nyata ya nyoba-nyoba meng-eksiskan diri-lah di dunia maya. Sapa tau tar bisa eksis beneran di dunia nyata. Ga ada ruginya.

Di sisi lain, menulis itu seakan sudah seperti candu bagiku.. Ada yang hilang kalau ga nulis. Rasanya ga plong, rasanya nyesek di dada, rasanya aneh… Walo sekedar curhat beginian. walo tulisan ringan sekedar cerita sehari -hari. Aneh ga sih?

Ehm, meminjam teorinya Maslow, menulis adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Jadi bila tidak terpenuhi akan menjadi stressor tersendiri. Ya ibaratnya orang lapar kan butuh makan, orang lelah butuh istirahat. Nah orang yang suka nulis kalau dilarang nulis atau kebetulan belum sempat menuangkan ide yang bermunculan di otak, menuangkan rasa yang bergejolak di hati maka bisa dibayangkan.. Ga enak rasanya..

Aku belum pernah sih membaca tulisan ilmiah tentang menulis, blogging dan aktualisasi diri. SEpertinya bagus juga tuh untuk diteliti. Wah.. lucu, tiba-tiba aja ada ide penelitian. Sayang, sudah ga jamannya lagi skripsi.

Begitulah otakku, suka ga nyambung. Saat mencari ide ini, dapatnya malah itu. Giliran diminta nyari ide penelitian atau buat tulisan tentang psikologi agama atau yang berbau-bau agama eh malah dapatnya ide begitu.

Ck.. ck.. ck.. Andaikan saja otakku ada tombol on of yang bisa kusetel dengan baik. Wah asyik kali ya. Saat aku ingin membuat tulisan berbau psikologi agama. Tinggal pencet tombol tertentu maka segera keluar ide tertentu, langsung mengalir lancar dalam tulisaaan. Wuiih.. indah banget duniaku kalau bisa begitu ya..

Trus pas aku ingin membuat tulisan berbau motivasi untuk majalah smart.. Tekan tombol yang berbeda. Teeet.. keluar ide dan langsung menjadi tulisaaan. Asoy banget mah..

Ahaaa… Insight baru muncul. Yang kurang beres otakku nih. Jarang diasah, jarang dilatih, atau emang otakku aja yang perlu di up grade ya? menurut kalian yang mana kira-kira letak erornya???

Semuanya??? Waduh mesti kerja keras niy. Up grade segera dengan membaca buku-buka yang berbobot. Iya, tau siy. Cumaaa.. (idih ngeles)

Buku berbobot membuat cepet mengantuk, belum apa-apa selera hilang, mati rasa..

Trus kok bisa ngaku-ngaku berprofesi sebagai calon peneliti?
Entah, keberuntungaku aja kalee. Kuyakin aku bukan seorang yang ber IQ cerdas, bukan seorang yang berwajah serius, apalagi muka jenius.

Ada salah seorang teman yang tertawa begitu aku ketrima jadi calon peneliti. Wah ga ada tampang. Cocoknya tuh kamu jadi apa ya? Pokoknya aneh deh.. jawabnya.

Yee biarin.. jawabku begitu. Kuyakin aku bukan orang pinter, bukan orang jenius, ga bertampang peneliti. Mungkin lebih cocok jadi guru Tk, begitu jawab temenku itu.

Halah, setidaknya membawa nuansa baru, begitu jawabku. Setidaknya para peneliti yang melihatku bisa sedikit terhibur dengan wajah ceriaku, dengan diriku yang cenderung ekspresif, spontan etc-lah..

Masalah bisa menulis dengan baik atau engga, ya belakanganlah. Yang penting dijalani dulu. Toh Allah sudah meng-acc diriku di sini sebagai calon peneliti. Walo awalnya aku ga nyangka juga siy akan berprofesi begini..

Menulis aja sukanya yang berbau -bau diary.. Apa iya nanti bisa membuat tulisan yang ilmiah, yang membutuhkan daya analisis tajam??? uhuyyyy ga ngertilah..

Ga usah terlalu serius begitu, bisa -bisa jadi botak tar, bertampang peneliti beneran kan malah aneh jadinya. Tar “ku bukan diriku lagi”
ku bukan yang duluuu lagi,
dimana candamu sayang,
di mana kasihmu..

Kulihat dari wajahmu..
(lho malah kebablasan nyanyi)

udahlah kalau memang menulis adalah suatu kebutuhan, ya tinggal menulis aja.. Gitu aja kok repottt..

Lagian ngeblog juga ga ada aturan tata tulis atau EYD..
Eits.. kalau ada Pak Guru yang denger bisa protes..
hi hi hi…

2 pemikiran pada “Menulis adalah Kebutuhan

  1. Jika saya menulis…, ya saya menulis…, sebenarnya tidak masalah apa yang mau saya tulis atau bagaimana menulis. Itu adalah hal yang personal, dan saya rasa itu ciri khas masing-masing narablog 🙂

    Kemudian kalau masalah komentar, kadang saya tidak begitu peduli, mungkin sama, ada yang syukur ada yang berbagi rasa, ndak yang juga syukur ada tambahan waktu isitrahat 5 menit daripada membalas komentar :p

    Kalau masalah ejaan dan tata bahasa, itu masalah aksesibilitas web saja. Artinya ketika ada di internet, maka blog bisa diakses siapa saja. Kalau bahasanya baik, semakin banyak orang yang bisa paham tanpa menimbulkan persepsi ganda. Tapi kalau bahasa alay, yah, saya sih tutup mata tutup halamannya juga sekalian, mengapa saya memaksa diri membaca yang tidak saya pahami? 😀

  2. Hmmm, aksesibilitas web? wah, sepertinya banyak hal yang harus saya pelajari. Terutama menggunakan bahasa yang baik, benar, memperhatikan ejaan, tata bahasa. Sambil jalan lah.. Makasih .. Thengkyu.. maturnuwun.. jazakallah .. =)

Tinggalkan Balasan ke Cahya Batalkan balasan